Dinkes Monev POPM Kecacingan Di Beberapa Posyandu
Dinkes Monev POPM Kecacingan Di Beberapa Posyandu
Reporter : Syamsul Akbar
KRAKSAAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan monitoring dan evaluasi (monev) Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) kecacingan di beberapa posyandu di Kabupaten Probolinggo.
Senin (10/6/2024), monev POPM kecacingan ini dilakukan di Posyandu Mawar Kelurahan Semampir Kecamatan Kraksaan dengan sasaran sebanyak 87 anak dan Posyandu Flamboyan Desa Temenggungan Kecamatan Krejengan dengan sasaran sebanyak 77 anak.
Pengelola Program Kecacingan Dinkes Kabupaten Probolinggo S.Trisnoharini mengatakan sesuai dengan arahan dari Provinsi Jawa Timur, Dinkes Kabupaten Probolinggo melakukan POPM Kecacingan setahun 2 kali dengan interval waktu setiap 6 bulan sekali. Sasaran POPM kecacingan ini adalah usia 1 tahun hingga 12 tahun.
“Pemberian Obat Pencegahan Massal Cacingan yang selanjutnya disebut POPM Cacingan adalah pemberian obat yang dilakukan untuk mematikan cacing secara serentak kepada semua penduduk sasaran di wilayah berisiko cacingan sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan cacingan,” katanya.
Yeni, panggilan akrab S.Trisnoharini menerangkan tujuan pemberian obat cacing ini untuk mengobati dan mencegah kecacingan yang disebabkan oleh cacing gelang, cacing tambang, cacing kremi dan cacing cambuk yang dapat menghambat pertumbuhan pada anak.
“Minum obat cacing secara berkala merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan anak dan mencegah penyakit cacingan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan mereka,” jelasnya.
Menurut Yeni, penyebab kecacingan adalah infeksi cacing kremi atau enterobiasis dapat terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi telur cacing tersebut. Bisa juga dengan mengkonsumsi makanan dari tangan yang kotor dan jarang dicuci.
“Bagaimana dampak infeksi cacing terhadap kecerdasan anak? Umumnya, cacing yang menginfeksi manusia dapat tinggal dan berkembang biak di usus lalu mengisap protein dan zat besi dari darah. Akibatnya, penyerapan nutrisi pada anak terganggu dan membuatnya rentan terhadap risiko anemia,” pungkasnya. (wan)