Pemkab Ikuti Rakornas Program Penanggulangan Tuberkulosis Secara Virtual
Pemkab Ikuti Rakornas Program Penanggulangan Tuberkulosis Secara Virtual
Reporter : Syamsul Akbar
KRAKSAAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo mengikuti rapat koordinasi nasional (rakornas) program penanggulangan Tuberkulosis secara virtual yang digelar oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI, Senin (10/6/2024).
Untuk Kabupaten Probolinggo mengikuti kegiatan rakornas tersebut di ruang pertemuan Argopuro Kantor Bupati Probolinggo. Kegiatan ini dihadiri oleh Pelaksana Harian (Plh) Bupati Probolinggo Heri Sulistyanto, S.Sos., M.Si bersama sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di lingkungan Pemkab Probolinggo.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan penyakit TBC ini merupakan penyakit yang sudah lama terjadi di dunia. Secara resmi memang tahun 1882 silam. Penyakit ini sejak ditemukan merupakan salah satu penyakit yang paling banyak korbannya dan sebenarnya lebih banyak dari Covid-19.
“Di dunia sejak ditemukan tahun 1882, yang meninggal sudah 1 miliar orang. Pada tahun 2022 diestimasikan 10,6 juta orang sakit TB dan 1,3 juta orang meninggal karena TB. Di tingkat global, India menyumbang kasus TB terbesar 26,6%, Indonesia 10% dan Cina 7,1%. Indonesia merupakan penyumbang kematian tertinggi ke-2 di dunia sebanyak 134.000,” katanya.
Menurut Menkes, mendeteksi TBC ini termasuk sulit. Sebenarnya sama dengan Covid-19 tetapi semakin kompleks saja. “Di tahun 2030, WHO memberikan target insidensinya orang yang sakit TBC per populasi turun 80% dari status tahun 2015 yang angkanya sekitar 350 insidensi per 100.000 penduduk. Target kita tahun 2025 sebesar 163 per 100.000 penduduk dan tahun 2030 65 per 100.000 penduduk dan kematian turun menjadi 6 per 100.000,” jelasnya.
Menkes menerangkan kepala daerah itu harus menemukan estimasi pasien TBC itu dengan target 90% dari 1 juta penduduk. Setelah ditemukan harus diobati dengan target 90% untuk treatmen pengobatan baik resisten obat maupun sensitif obat. Target selanjutnya harus selesai pengobatan.
“Karena obatnya itu panjang ada yang 6 bulan dan ada pula yang 4 bulan. Kalau dulu itu pengobatannya sampai 22 bulan. Jadi supaya tertangani maka harus ditemukan dulu, setelah ditemukan diobati dan harus selesai pengobatan,” tegasnya.
Sementara Plh Bupati Probolinggo Heri Sulistyanto mengatakan Pemkab Probolinggo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah meresmikan layanan Klinik TB-RO di RSUD Waluyo Jati dalam rangka untuk penanganan TBC Resisten Obat di Kabupaten Probolinggo.
“Ini menjadi komitmen kami bersama bahwasanya ke depan sesuai dengan target nasional tahun 2030 zero TBC betul-betul menjadi harapan kita semua,” katanya.
Menurut Plh Bupati Heri, saat ini kurang lebih ada 923 kasus TBC yang ada di Kabupaten Probolinggo. Memang kultur masyarakat Kabupaten Probolinggo yang masih menganggap TBC adalah bagian dari aib.
“Kita bersama-sama melakukan kampanye bahwa penyakit TBC bukan aib, tapi suatu penyakit menular yang harus diobati dan pasien bisa sembuh total manakala mau sabar dan mau komitmen untuk minum obat selama sekian bulan dalam rangka untuk menyembuhkan penyakit,” jelasnya.
Plh Bupati Heri menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau dan mendampingi pasien TBC. Bahkan Dinkes akan lebih aktif lagi untuk menyisir, memantau dan mencari masyarakat yang mengidap penyakit TBC untuk segera dibawa ke rumah sakit dan diobati.
“Insya Allah untuk tim kita sudah membantuk jauh-jauh hari sebelumnya. Tinggal bagaimana sekarang kita semakin mengaktifkan saja dalam rangka penanganan TBC yang ada di Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya. (wan)