Puskesmas Dringu Lakukan Fogging Di Desa Dringu

Puskesmas Dringu Lakukan Fogging Di Desa Dringu

Reporter : Syamsul Akbar
DRINGU – Dalam rangka melakukan penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Puskesmas Dringu berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo dan Pemerintah Desa Dringu melakukan fogging di Desa Dringu Kecamatan Dringu, Rabu (19/6/2024).

Fogging di Dusun Bandaran, Krajan dan Tambak Desa Dringu Kecamatan Dringu ini melibatkan personal dari Dinkes Kabupaten Probolinggo, Puskesmas Dringu, Pemerintah Desa Dringu, Babinsa Dringu dan ibu-ibu kader yang ada di wilayah Desa Dringu.

Kepala Puskesmas Dringu drg. Reni Meutia menyampaikan pihaknya melakukan fogging karena dalam satu dusun atau dalam satu gang di Desa Dringu Kecamatan Dringu itu terdapat lebih dari 3 penderita dan hasil dari Penyelidikan Epidemiologinya (PE) perlu dilakukan fogging.

“Kalau di Desa Dringu sendiri ada 14 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terlaporkan ke kami. Semua sudah kami PE dan kami lakukan PSN serta fogging karena biasanya berdekatan penderita satu dengan yang lain,” katanya.

Menurut Reni, fogging ini maksud dan tujuan dari fogging adalah membunuh nyamuk dewasa yaitu nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). “Di samping itu memutus rantai penularan dan menekan jumlah nyamuk agar resiko penyakit DBD menurun,” jelasnya.

Reni menerangkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang diberikan kepada masyarakat untuk mencegah DBD adalah pengendalian lingkungan dengan melakukan 3M. Yakni, menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, penampungan air minum dan penampungan air di lemari es.

Selanjutnya, menutup rapat tempat penampungan air seperti kendi, bak mandi dan tempat-tempat yang kemungkinan akan dijadikan tempat nyamuk bertelur dan berkembang biak. Dan mengubur barang-barang bekas daur ulang untuk barang-barang bekas yang mempunyai potensi ada genangan air di dalamnya yaitu pot bekas ataupun ban bekas, botol-botol minum maupun toples makanan yang tidak terpakai.

“Untuk edukasi, ketika ada penderita yang sakit itu kita edukasikan penanganan demam. Bagaimana pasien tidak kekurangan cairan. Jika demam sudah melewati 3 hari, kami sarankan untuk cek laboratorium ke faskes terdekat. Selain itu, keluarga pasien harus membersihkan lingkungan rumah masing-masing,” terangnya.

Reni mengharapkan masyarakat lebih peduli terkait lingkungan sekitar dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu menguras, menutup dan mendaur ulang sehingga bisa memutus rantai perkembangbiakan dari nyamuk Aedes Aegypti dengan tidak menyediakan tempat-tempat yang ada genangan airnya serta masyarakat bisa lebih memperhatikan ketika ada gejala-gejala yang memang mengarah kepada DBD untuk tidak terlambat di bawah ke fasilitas kesehatan terdekat

“Harapannya masyarakat berperan aktif dalam rangka pencegahan dan pemutusan rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan demam berdarah dengan melakukan 3M Plus,” tambahnya.

Plus di sini jelas Reni, bisa berupa kegiatan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk solution, memasang kaca di jendela ataupun ventilasi, memeriksa tempat penampungan air dan tidak menggantungkan terlalu banyak dan terlalu lama pakaian yang sudah dipakai.

“Selain itu, memperbaiki saluran atau talang air yang tidak lancar karena kaitannya nyamuk Aedes Aegyti itu bertelur di tempat-tempat yang bersih. Serta vas bunga dan penampungan talang air yang tidak lancar maupun ban bekas,”ungkapnya.

Sementara Plt Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo mengatakan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), fogging itu dilakukan karena adanya laporan masyarakat atas adanya kasus DBD.

“Atas laporan tersebut, tim Dinas Kesehatan maupun puskesmas melakukan PE (Penyelidikan Epidemiologi) di sekitar rumah penderita untuk memastikan sumber DBD-nya. Biasanya di rumah atau lingkungan sekitar rumah ditemukan jentik-jentik Aedes Aegypti. Jentik-jentik ini sekira seminggu lagi akan menjadi nyamuk yang siap bersilaturahim dan menggigit di seputar 50 meteran, tergantung kekuatan angin,” katanya.

Menurut Reni, dalam PE tersebut, petugas Dinkes/Puskesmas mengajak masyarakat menjadi pejuang Jumantik (Juru Pemantau Jentik) dan memutus mata rantai penularan dengan 3M. “Jikalau cara paling murah dan efektif ini terabaikan, maka jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat DBD bakal meningkat. Jika ada kasus DBD, langkah pertama adalah memastikan kesehatan lingkungan di sekitar rumah dan tetangga terjaga dengan baik,” pungkasnya. (wan)

Kategori