TPPS Lakukan Monev Kegiatan Intervensi Cegah Stunting Serentak Di Puskesmas Paiton
TPPS Lakukan Monev Kegiatan Intervensi Cegah Stunting Serentak Di Puskesmas Paiton
Reporter : Syamsul Akbar
PAITON – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Probolinggo melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan intervensi cegah stunting serentak di Puskesmas Paiton, Jum’at (28/6/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Probolinggo Heri Sulistyanto, S.Sos., M.Si selaku Ketua TPPS Kabupaten Probolinggo didampingi Kepala Bapelitbangda Kabupaten Probolinggo M. Sjaiful Efendi selaku Wakil Ketua TPPS Kabupaten Probolinggo dan Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan Keluarga pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Probolinggo dr. Adi Nugroho Widiananta Danupaya.
Kehadiran TPPS Kabupaten Probolinggo ini disambut oleh Camat Paiton Imam Syafi’i selaku Ketua TPPS Kecamatan Paiton didampingi Ketua TP PKK Kecamatan Paiton bersama Kepala Puskesmas Paiton Duwi Purwadji dan Kepala Puskesmas Jabungsisir dr Yuniar Indah Savitri.
Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Probolinggo Heri Sulistyanto menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap kinerja dan upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Paiton dan Puskesmas Jabungsisir.
“Luar biasa sekarang capaiannya sudah berada pada 96%. Ini tentunya berkaitan dengan keikhlasan dan ikhtiar dari teman-teman di bawah. Terima kasih atas kinerja kepada semua tim. Semoga apa yang sudah dilaksanakan tida tidak hanya prestasi kerja saja tetapi juga dicatat sebagai amal ibadah,” katanya.
Menurut Pj Sekda Heri, penanganan stunting ini harus terus kita lakukan. Sebab sesuai dengan cita-cita bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi banyak generasi muda di tahun 2045. Tetapi ini akan menjadi sesuatu yang percuma manakala tidak menyiapkan generasi muda dengan baik.
“Sesuai dengan pesan dari Mas Pj Bupati, jangan pernah lelah untuk melayani masyarakat. Ini adalah bentuk pengabdian kita kepada masyarakat. Kita tidak ingin ada masyarakat yang stunting, TBC, Demam Berdarah dan lain sebagainya. Salah satunya dengan mendorong dan mempercepat terwujudnya desa ODF (Open Defecation Free),” tegasnya.
Sementara Kepala Puskesmas Paiton Duwi Purwadji menyampaikan Puskesmas Paiton wilayah kerjanya terdiri dari 13 desa di Kecamatan Paiton. Total ada 47 posyandu yang didukung oleh kader hebat sebanyak 325 kader. “Dari 47 posyandu, ada 8 posyandu strata mandiri dan 39 posyandu strata purnama,” ungkapnya.
Duwi menjelaskan intervensi serentak pencegahan stunting yang dilakukan Puskesmas Paiton dilakukan di posyandu dengan cara melakukan pengukuran antropometri pada balita dan ibu hamil. Pengukuran yang dilakukan antara lain balita meliputi BB, TB dan LIKA dan ibu hamil meliputi LILA, BB dan TB.
“Sasaran yang datang wajib 100%, jika tidak datang harus dilakukan sweeping terutama di bulan Juni ini. Capaian data minimal d/s 90% dan yang terentry di e-ppgbm minimal 90% sesuai dengan surat edaran yang ada. Jadwal menyesuaikan jadwal yang sudah di buat serta koordinasi dengan pihak kecamatan untuk melakukan monitoring maupun OPD yang berkaitan,” jelasnya.
Menurut Duwi, bentuk koordinasi dengan lintas program yang dilakukan diantaranya kelas nakes dan koordinasi lintas program serta bentuk koordinasi dengan lintas sektor berupa pertemuan lintas sektor kecamatan.
“Pelaksanaan intervensi serentak diantaranya ayo ke posyandu, ayo ikut kelas ibu hamil dan giat Tumigami (Satu Minggu Minum Satu Tablet Besi Cegah Anemia). Serta monitoring intervensi serentak oleh Dinas Kesehatan berupa monitoring posyandu balita,” terangnya.
Duwi menjelaskan sasaran balita sesuai data e-ppgbm sebanyak 3.590 balita dengan jumlah balita diukur mencapai 3.438 balita dengan prosentase 95,77% dan jumlah balita bermasalah gizi sebanyak 1.402 balita dengan prosentase 40,78%.
“Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 14,00% dan Kabupaten Probolinggo sebesar 11,61%. Data stunting di Puskesmas Paiton sebanyak 252 balita. Hasil bulan timbang bulan Juni 2024 dari 13 desa di Kecamatan Paiton, stunting sebanyak 256 balita dengan prosentase 7,46%,” tegasnya.
Lebih lanjut Duwi menerangkan hasil kegiatan penanganan penurunan stunting berupa kegiatan penyuluhan dengan metode PMBA. Hasilnya 75% pemberian MP-ASI balita masih belum tepat. Hal ini yang dapat menyebabkan BB anak tidak kunjung naik dan berdampak menjadi stunting. Selanjutnya Kelompok Pendukung ASI, hasilnya ibu yang memberikan ASI kepada bayinya masih 57%. Hal ini dikarenakan kurangnya dukungan keluarga.
“Penanganan anak gizi buruk, diketahui keberhasilan penanganan gizi buruk ini hanya 20%. Hal ini dikarenakan perawatan anak gizi buruk, tidak dapat selesai dalam waktu 1 bulan, minimal 3 bulan bahkan ada yang 1 tahun tergantung kondisi pasien. Hambatannya keluarga kurang kooperatif dan tidak mau di rujuk ke Puskemas Paiton,” tambahnya.
Kegiatan selanjutnya adalah pemberian susu PKMK bagi bayi atau balita yang mengalami gizi buruk/stunting/BB sangat kurang yang sudah dilakukan rujukan ke rumas sakit dan sudah di tangani oleh dokter spesialis anak.
“Monitoring garam beryodium, hasilnya diketahui 74,1% masyarakat Kecamatan Paiton sudah menggunakan garam beryodium. Selebihnya masih ada yang menggunakan garam kasar/grasak,” pungkasnya. (wan)